HARI KARTINI
KOPRI PMII
D.I Yogyakarta: Kami Menolak Sanggul dan Kebaya dalam Perayaan Kartini
Dalam rangka
memperingati hari Kartini, KOPRI (Korp PMII Putri) Daerah Istimewa Yogyakarta,
bekerjasama dengan berbagai organisasi dan komunitas Yogyakarta, menggelar acara
“Malam untuk Kartini: Membaca Surat-Surat Kartini Dan Melanjutkan Perjuangan
Kemerdekaan Perempuan” di depan Gedung Agung, Yogyakarta, Minggu (21/04/13)
malam.
Selain
KOPRI, acara ini diikuti oleh berbagai individu maupun komunitas peduli
perempuan yang ada di kota Yogyakarta, seperti Perempuan Mahardika Yogyakarta,
Ikatan Waria Yogyakarta (IWAYO), Sarinah, KAMMI, Ekspresi, Gema Hijabers Community,
Ninas Real Madrid Yogyakarta, dan sebagainya.
Menurut
ketua umum KOPRI DI Yogyakarta Icha Sulaiman, kegiatan tersebut dilaksanakan untuk
membongkar kebohongan-kebohongan sejarah tentang Kartini yang selama ini telah
dibuat oleh para penguasa orde baru.
“Maka kembali
menyerukan membaca surat-surat Kartini, melihat kembali dengan kritis apa yang
dikehendakinya, dan tentu meneruskan perjuangannya adalah hal yang penting demi
melawan mainstream yang telah mengakar selama ini”, tutur Icha, sapaan
akrab ketua KOPRI DI Yogyakarta tersebut.
Acara malam
itu memang terlihat berbeda dengan mayoritas acara peringatan hari Kartini
selama ini, dimana hampir semua pelaksanaanya adalah dengan mengadakan acara
berkebaya, bersanggul, masak-memasak, rias-merias, dan sebagainya. Menurutnya, perayaan
semacam itu malah akan semakin mendukung domestika perempuan, yang sejatinya
begitu ditentang oleh Kartini dalam surat-suratnya.
“Justru kegiatan
semacam itu yang sebenarnya bertentangan dengan nilai yang terkandung dalam
surat-surat Kartini. Jadi, agenda ini memang kami gelar tanpa sanggul, kebaya,
masak-memasak ataupun rias-merias ala orde baru, dan kami menentangnya. Melanjutkan
perjuangannya, melawan kekerasan seksual dan pemiskinan terhadap perempuan
adalah kepentingan kami. Kartini sudah memulai, mari kita lanjutkan
perjuangannya”, tandas perempuan yang saat ini sedang menjalankan studi di
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Adapun
selain pembacaan 21 surat Kartini kepada sahabatnya; Stella oleh
perempuan-perempuan dari berbagai komunitas, acara ini juga dimeriahkan oleh
sejumlah aktifis laki-laki PMII dengan membacakan orasi dan puisi tentang
perempuan.
“Hari
Kartini tidak hanya milik kaum perempuan, tapi milik kita semua. Dan dalam
konsep agama apapun, sebenarnya sangat menjunjung tinggi perempuan. Sejarah
telah membuktikan, bahwa banyak sektor yang telah dipelopori oleh perempuan,
seperti pertanian. Maka Kartini merupakan contoh yang patut kita tiru
selanjutnya”, papar Imam S Arizal selaku Ketua Umum Cabang PMII DI Yogyakarta
dalam orasinya.
Acara
berlangsung dengan santai dan ramai. Selain karena lokasi yang tepat berada di
kawasan titik nol kilometer sebagai pusat keramaian kota Yogyakarta, seluruh
peserta yang hadir begitu antusias membacakan surat-surat Kartini, pun juga
dengan para waria-waria yang dengan penuh semangat jiwa peduli perempuan, turut
serta membacakan beberapa surat Kartini.
Para peserta
juga terlihat begitu menikmati, serta merespon positif acara tersebut. Mila,
salah seorang peserta pembaca surat Kartini yang berasal dari komunitas Sarinah,
menuturkan bahwa ia sangat mendukung gerakan semacam ini. “Saya menilai
kegiatan semacam ini positif. Walaupun tidak memberikan bukti kongkrit, tapi
setidaknya ada upaya pelurusan terhadap kegiatan perayaan dan pemaknaan tentang
perjuangan Kartini yang telah menjamur dalam masyarakat selama ini. Salah
satunya adalah dengan membaca kembali surat-surat Kartini”, papar perempuan
yang merupakan mahasiswa Filsafat UGM tersebut.
Para panitia
penyelenggara kegiatan ini juga mengharapkan bahwa kegiatan malam itu bukan
sebatas ceremonial belaka, dimana terjadi ke-mandeg-an setelah acara
selesai dan tidak ada tindak lanjut. “kita akan dan harus tetap memperjuangkan
cita-cita Kartini, dan ke depan akan tetap diadakan diskusi sebagai kelanjutan
dari kegiatan ini”, tutur salah seorang panitia di penghujung acara.
Kontributor
: Dwi Khoirotun Nisa’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar