Jumat, 24 Juni 2011

Perempuan Pintar = Perempuan Idaman


Perempuan, sebelum kita berbicara jauh tentang bagaimanakah cita, citra dan cinta seorang perempuan itu, alangkah lebih baiknya jika kita berbicara sedikit tentang posisi perempuan saat ini dalam Islam. Perlu kita ketahui bersama bahwa Islam adalah agama yang sangat menghormati dan menghargai seorang perempuan. Seperti yang telah kita ketahui bahwa dahulu pada zaman jahiliyyah kehadiran seorang perempuan merupakan suatu ‘aib’ dan di anggap tidak bisa diharapkan manfaat kehadirannya di dunia ini. Hal itu terlihat dari fenomena yang ada pada saat itu, yakni ketika ada sebuah keluarga yang melahirkan soerang bayi perempuan, maka tanpa rasa segan sedikitpun bayi perempuan itu akan langsung dikubur hidup-hidup karena mereka ‘malu’ telah memiliki seorang anak perempuan. Akan tetapi setelah Islam datang, fenomena tersebut (penguburan hidup-hidup bayi perempuan) bisa dihentikan, karena perempuan juga memiliki hak untuk hidup tanpa adanya diskriminasi apapun tentang keberadaannya yang dianggap ‘tidak ada gunanya’.

Sekarang kita berbicara mengenai ‘cita’ seorang perempuan, benarkah perempuan itu hanyalah seorang makhluk yang kehidupannya harus berakhir pada 3M (Masak, Macak ‘berhias’, dan Manak ‘melahirkan’) saja? Apakah tidak berhak jika seorang perempuan itu memiliki keinginan dan cita-cita yang lebih tinggi dari 3M itu? mungkin ketika kita berbicara tentang itu pada beberapa tahun lalu memang cukup relevan, dimana ‘pendiskriminasian’ keberadaan perempuan masih cukup menjadi ‘trend’, akan tetapi ketika kita membicarakannya pada era sekarang ini, kelihatannya agak kurang pas. Karena seperti telah kita ketahui bahwa perempuan saat ini sudah bisa mengibarkan sayapnya ke dalam hal-hal yang dahulu dianggap ‘tabu’ jika dilakoni oleh seorang perempuan, misalnya saja dalam hal ‘politik’. Kita tidak usah jauh-jauh melirik ke Negara lain, di Negara kita saja banyak sekali perempuan-perempuan yang telah berkiprah di dunia politik, sebut saja Sri Mulyani dan Khofifah Indar Parawansa, kedua perempuan tersebut sudah cukup menjadi jawaban tentang keberadaan dan kemampuan perempuan yang selama ini sempat diragukan ‘dalam dunia politik’. Kedua perempuan itu sudah cukup dapat membuktikan kepada kita bahwa perempuan juga bisa berkarya dan berkarier di ‘dunia politik’. Apalagi Negara kita merupakan salah satu Negara yang pernah dipimpin oleh seorang ‘perempuan’, yaitu Megawati Soekarno Poetri. Hal-hal tersebut sudah cukup menjadi bukti kepada kita bahwa sekarang sudah tidak zamannya lagi mendiskriminasikan keberadaan seorang perempuan itu, karena memang pada dasarnya tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal apapun (kecuali pada hal-hal yang bersifat ‘kodrati’ atau sudah ‘paten’), terutama dalam hal pendidikan, karier, dsb.

Seorang perempuan ketika dikaitkan dengan masalah ‘cinta’, maka ia merupakan makhluk yang sama-sama memiliki hak untuk ‘mecintai dan dicintai’. Mayoritas perempuan mencintai seorang laki-laki tanpa memandang fisik laki-laki itu, karena baginya fisik itu tidaklah begitu penting. Ia akan mencintai seorang laki-laki yang bisa mengerti dan memuliakan perempuan itu sendiri. Laki-laki yang pintar, perhatian dan bisa mengerti serta menghargai perempuan itulah yang mungkin menjadi kriteria kebanyakan perempuan di dunia ini. Perempuan merupakan makhluk yang cukup sulit untuk melepaskan/melupakan cinta yang telah ada di hatinya, karena sekali ia mencintai seorang lelaki yang sudah ‘pas’ dan cocok dengan kriteria yang diinginkannya, maka ia akan sangat sulit untuk melepaskannya. Maka dalam hal ‘cinta’ perempuan dikenal lebih setia dan lebih tulus daripada seorang laki-laki. Tidak heran jika banyak sekali perempuan yang ketika ditinggal mati oleh suaminya, ia lebih memilih untuk hidup ‘menyendiri’ saja daripada ‘menikah lagi’, karena saking setianya dan saking tulusnya rasa cinta yang ia miliki, walaupun orang yang dicintai telah meninggalkannya.

Mengenai ‘citra’ perempuan saat ini, memang tidak bisa dipungkiri lagi bahwa perempuan juga perlu memperhatikan penampilan dan citranya di depan umum. Akan tetapi itu bukan merupakan hal yang utama yang harus dimiliki oleh seorang perempuan, itu cukup menjadi salah satu hal yang penting bagi perempuan sebagai makhluk yang dipandang sebagai ‘makhluk penuh keindahan’. Seorang perempuan yang hanya memperhatikan dari segi penampilannya saja dan selalu mengikuti trend-trend yang ada pada saat ini saja tidak cukup untuk menjadikan ia sebagai ‘perempuan idaman’ laki-laki, ketika seorang perempuan itu tidak memiliki ‘inner beauty’ dan pengetahuan yang cukup luas. Justru perempuan yang hanya mengandalkan penampilannya saja tanpa memiliki ‘inner beauty’ dan pengetahuan yang luas itu banyak tidak disukai oleh laki-laki. Akan tetapi jika ada seorang perempuan yang penampilannya santun, apa adanya (tidak berlebihan), dan pintar, maka ia akan menjadi perempuan yang cukup ‘diidam-idamkan’ oleh laki-laki. Dan bukan hanya menjadi idaman laki-laki saja, tetapi juga menjadi idaman bagi masyarakat yang saat ini cukup ‘haus’ untuk mencari sosok perempuan yang bisa menjadi ‘panutan’ hidup.

Oleh karena itu, buat seluruh perempuan di dunia ini, lebih khususnya bagi seluruh perempuan di Indonesia, dan lebih khususnya lagi bagi seluruh perempuan di kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, sudah tidak saatnya lagi perempuan hanya mengandalkan ‘fisik’ saja tapi ‘otak’ dan ‘hati’nya dibiarkan kosong, sudah tidak zamannya lagi sahabat….!!!! Buktikan kepada dunia bahwa perempuan itu bukan hanya makhluk yang kehidupannya berakhir pada 3M, buktikan pada dunia bahwa perempuan itu juga bisa merubah dunia, buktikan sahabat….!!!! Satu pesan bagi seluruh perempuan yang ada di dunia…. “ketika seorang perempuan hanya memikirkan wajah dan penampilannya saja, tanpa memikirkan otak dan hatinya, maka ia akan ‘hilang’ dan ‘digilas’ oleh zaman yang saat ini tidak membutuhkan perempuan semacam itu dan keberadaannya tak lain layaknya hanya akan menjadi sebuah ‘sampah’ saja bagi masyarakat”.