Jika anda bertandang ke kota Jogjakarta, apakah yang ada di benak anda tentang kota yang terkenal dengan ketradisionalan dan keistimewaannya tersebut? Tentu selain Gudeg dan Batik. Ya, jawabnya adalah ‘Angkringan’. Sebuah warung kecil dengan penerang ‘lampu ublik’ itu akan sangat mudah kita temukan di sepanjang jalan di Jogja, entah di desa maupun di kota. Sambil ‘merem’ pun bisa dijamin akan sangat mudah menemukan angkringan di Jogja (karena saking banyaknya). Apalagi di kota; daerah sekitar kampus-kampus akan kita temukan bermacam-macam Angkringan dengan ciri khas dan rasa-nya masing-masing. Walaupun aneka menu yang disajikan antara angkringan satu dengan yang lain tidak jauh beda, begitupun dengan harga. Bisa dijamin harga dan menu semua sama, dan kalaupun beda tentu tidak akan terlampau jauh.
Paling tidak ada
beberapa menu pokok yang disajikan, seperti; gorengan (tempe, bakwan
(Bojonegoro; ote-ote, Malang; weci), tahu, pisang, dsb), sate
telur puyuh, kepala-ceker ayam, sate usus, sate keong, jajanan tradisional (gethuk,
lapis, nogosari, dsb), dan sebagainya. Serta tentu saja ‘nasi kucing’ yang
menjadi menu paling pokok dan andalan dari angkringan itu. Tentu semua orang
sudah tau akan filosofi dari nama itu. Ya, karena memang porsi nasi yang
disajikan untuk manusia, sama dengan porsi makan untuk kucing. Kira-kira hanya
sekitar 3-5 sendok saja nasinya, plus sedulit sambel teri dengan dibungkus daun
pisang, dan biasanya dilapisi dengan koran, kertas minyak, atau kertas bekas.
Mirip sekali dengan makanan kucing bukan? Akan tetapi belakangan para penjual
angkringan sudah banyak yang kreatif dengan menawarkan lauk yang bervariasi,
sebagai pendamping nasi kucing itu. Seperti; tempe kering, mie, telur dadar,
dan ada juga ‘nasi goreng kucing’. Kucing makan nasi goreng. ^_^
Dari segi harga,
jangan Tanya. Tentu sangat amat murah dan merakyat sekali. Jika anda sedang bokek
alias kere bin muflis, jangan khawatir. Bisa dijamin dengan uang
3.000-5.000 saja pasti sudah kenyang. Nasi kucing yang hanya 1.000 rupiah per
bungkus, dan gorengan hanya 500 per biji. Akan tetapi, bagi yang hoby makan, jangan sampai lepas
kontrol ya ketika makan di angkringan. Karena ketika anda sudah tidak bisa
menahan ‘nafsu’ makan yang menggebu-gebu, dan mata anda yang sudah dimanjakan
dengan beraneka makanan yang enak dan murah, anda harus siap merelakan uang
20.000 bahkan 50.000 masuk ke kantong pemilik angkringan itu, hanya untuk
sekali makan. ^_^ Bagaimana
tidak, lawong nongkrongnya aja 1-3 jam, sambil tak terasa di sela-sela
obrolan dengan teman-teman, tangan seakan bergerak sendiri mengambil makanan
sesuai selera. Belum lagi fikiran kita yang sudah terpatok bahwa semua yang ada
di angkringan adalah murah, padahal murah kalo ditumpuk-tumpuk kan juga
jadimahal. ^_^ Nggak
percaya? Silahkan dibuktikan sendiri.
Nah, dari sekian
ratus angkringan yang ada di Jogja, salah satu yang perlu direkomendasikan
untuk diampiri ketika di Jogja adalah sebuah angkringan di daerah Sapen,
tepatnya belakang Hotel Saphir. Kalo anda berjalan dari gerbang kecil kampus
barat UIN (dekat dengan fakultas Syari’ah), anda tinggal berjalan lurus saja ke
arah barat menyusuri gang yang tidak begitu kecil itu. Sampai dengan toko
sembako di kiri jalan, anda ambil belok kanan, sampai deh. Agak tersembunyi
memang tempatnya.
Berawal dari ajakan
seorang teman yang kebetulan sudah lebih duluan tinggal lama di Jogja, suatu
hari makan lah kami di sana. Tidak jauh beda dengan angkringan-angkringan yang
lain sebenarnya, kecuali pada menu bakarannya. Di sana kita bisa makan gorengan
bakar yang sangat lezat. Ditambah dengan keramahan penjualnya. Paling tidak itu
yang dirasakan oleh lidah saya dan beberapa teman yang sudah pernah ke sana.
Dan taukah anda apa rahasia dibalik kelezatannya itu? Ternyata itu berasal dari
rasa kecap dengan campuran mentega yang dituang di dalam sebuah gelas, kemudian
dioleskan secara merata pada gorengan itu dengan menggunakan kuas, dan kemudian
barulah gorengan tersebut dibakar di atas tungku dengan areng yang masih
merah menyala. Dan satu hal lagi yang perlu kau tau teman, kecap yang digunakan
bukanlah sembarang kecap, melainkan kecap ‘bango’. Eits, jangan dianggap
promosi ya, karena memang itulah fakta yang ada. Bisa dijamin, lidah anda akan
bergoyang terus merasakan kelezatannya itu. Dan keesokan harinya, bisa
dipastikan lidah anda akan menagih lagi untuk di-jejali gorengan bakar
itu. Dan bagi anda yang kebetulan hanya singgah sebentar saja di Jogja, bisa
dipastikan ketika suatu saat anda bertandang lagi, anda akan segera cap-cus
menuju angkringan itu. ^_^
Nah, kalo sudah
kenyang dari memenuhi perut dengan gorengan bakar, jika akan beranjak pulang
dengan menuju arah ke selatan dengan mengambil jalan di Bimokurdo-Bimosakti,
maka berhati-hatilah ketika sampai di pertigaan kecil dengan tanda Quick
Chicken pada kanan jalan. Karena jika tidak hati-hati, perut yang baru saja
terisi penuh pasti akan terkoyak kembali, lantaran terdapat ‘polisi jongkok’ di
jalan tersebut. Tidak tanggung-tanggung, jumlahnya ada 9 polisi jongkok, dengan
formasi 3 di arah selatan, 3 di arah utara, dan 3 sisanya di arah barat. Ya,
memang polisi jongkok, dan tidak hanya sekedar ‘polisi tidur’ saja, makanya
perlu kewaspadaan dan kehati-hatian ekstra saat melintasi jalan tersebut. Apalagi
ketika kebetulan bebarengan dengan jam-jam antar jemput SD Muhammadiyah Sapen,
yang menimbulkan kemacetan luar biasa. Bagaimana tidak, lawong di jalan
yang lumayan sempit dan padat itu, yang antar-jemput hampir semuanya menggunakan
mobil? Setidaknya, dari segi itu mereka (para Siswa SD) itu jauh lebih gaya dan
mulia, jika dibandingkan dengan para Mahasiswa UIN yang mayoritas masih
berjalan atau maksimal naik motor untuk menuju kampusnya.
Jika hanya polisi
tidur, maka ketika melintas dan kebetulan anda dalam kecepatan 40-60, paling-paling
polisi tidurnya hanya akan terbangun dan ketika akan memukul kita, kita sudah
lewat terlalu jauh. Maklum, polisinya kan tidur, jadi dia perlu cuci muka dulu
atau minimal menggenapkan dulu nyawanya ketika akan memukul kita. Nah, ketika
polisinya jongkok, bagaimana anda akan berkelit ketika melintasinya dengan
kecepatan 40-60 itu? Yang ada malah nanti polisi itu akan langsung menangkap
anda seketika, karena dia tidak perlu untuk cuci muka atau menggenapkan
nyawanya dulu. Dan bisa-bisa kita akan terpelanting dari motor kita. ^_^
Karenanya, jika anda
kebetulan melewati jalan itu, maka setidaknya perhatikanlah tips-tips berikut
agar tidak dianggap mengganggu dan dapat terhindar dari kejaran polisi jongkok
itu;
Pertama;
turunkanlah kecepatan. Pasang maksimal 20 saja lah untuk motor. Apalagi jika
kebetulan jalan tersebut sedang rame-ramenya, kalo perlu malah turunlah anda
dari motor dan tuntunlah motor anda tersebut. ^_^
Kedua;
jika tidak ingin ‘melindas’ polisi jongkok itu, dengan alasan khawatir terpelanting, maka ambillah sisi jalan paling
pinggir di sebelah polisi jongkok itu. Karena di sisi polisi jongkok itu pasti
ada sedikit jalan ‘aman’ untuk kita lewati. Ini demi kenyamanan dan keamanan
diri dan motor kita bukan? ^_^
Ketiga;
bacalah basmalah, do’a atau sholawat ketika melintasi jalan tersebut. Terutama
ketika malam hari. Heuheu ^_^
Selamat menikmati
Jogja teman… ^_^
Jogja, 26-12-2012
Nieza Ayoe